Rabu, 31 Mac 2010

Malam kemuliaan turunnya Al Qur`an

Assalamu`alaikum Warohmatullah hi Wabarokatuh
Nuzulul Qur’an yang secara harfiah berarti turunnya Al Qur’an adalah istilah yang merujuk kepada peristiwa penting penurunan wahyu Allah pertama kepada nabi dan rasul terakhir agama Islam yakni Nabi Muhammad SAW.
Ramadlan adalah bulan diturunkannya al-Quran. Turunnya al-Quran dari Allah SWT kepada Rasullullah SAW diperingati setiap tanggal 17 ramadhan.
Penting bagi kita untuk mengetahui sejarah turunnya Al Qur`an, agar menambah keteguhan iman kita kepada kitab Allah SWT dan tetap pada Ajaran Islam. Apabila kita tidak mengetahui sejarah, maka kecenderungan akan mengulangi sejarah seperti masa lalu ketika terjadinya pemalsuan al-Qur’an pada masa-masa awal Islam.
Pemalsuan terhadap al-Quran bukan tidakmungkin terjadi lagi, mengingat bebasnya dan maraknya ajaran-ajaran “nyeleneh” yang bermunculan. Wacana tentang sejarah al-Quran, seperti bagaimana al-Qur’an diturunkan, bagaimana para ulama’ menjaga al-Quran dari masa ke masa perlu diketahui oleh ummat Islam. Bagimana sejarah turunnya al-Qur’an tersebut? dan apa yang dapat kita ambil pelajaran dari sejarah turunnya al-Qur’an? Istilah turunnya al-Qur’an berasal dari kata “nazala, yanzilu nazlan” yang artinya turun. Sedangkan nuzul al-Qur’an adalah turunnya al-Quran kepada nabi Muhammad SAW.
Surat Al Qur`an yang pertama kali Turun adalah surat Al Alaq [96] ayat 1-5. Surat Al ‘Alaq terdiri atas 19 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyah. Ayat 1 sampai dengan 5 dari surat ini adalah ayat-ayat Al Quran yang pertama sekali diturunkan, yaitu di waktu Nabi Muhammad s.a.w. berkhalwat di gua Hira’. Surat ini dinamai Al ‘Alaq (segumpal darah), diambil dari perkataan Alaq yang terdapat pada ayat 2 surat ini. Surat ini dinamai juga dengan Iqra atau Al Qalam.
Pokok-pokok isinya:
Perintah membaca Al Quran; manusia dijadikan dari segumpal darah; Allah menjadikan kalam sebagai alat mengembangkan pengetahuan; manusia bertindak melampaui batas karena merasa dirinya serba cukup; ancaman Allah terhadap orang-orang kafir yang menghalang-halangi kaum muslimin melaksanakan perintah-Nya.
Berikut suratnya:
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya
Malam Lailatul Qadar
Tak lupa pula, di setiap bulan ramadhan kita selalu ingat akan malam yang sangat mulia, malam yang lebih baik dari 1000 bulan, yaitu Malam Lailatul Qadar . Malam Lailatul Qadar bukanlah malam yang penuh dengan bintang yang bersinar (sebagaimana diperkirakan orang) akan tetapi Lailatul Qadar adalah malam yang mempunyai tempat khusus di sisi Allah. Dimana setiap Muslim dianjurkan untuk mengisi malam tersebut dengan ibadah dan mendekatkan diri padanya.
Lailatul Qadar mempunyai kedudukan yang istimewa dalam Islam, karena malam tersebut diakui sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan. Pada malam tersebut turunlah para malaikat (termasuk malaikat Jibril) dengan izin Allah untuk mengatur segala urusan. Malam tersebut akan penuh dengan kesejahteraan sampai terbit fajar.
Seperti halnya kematian, malam Lailatul Qadar juga dirahasikan keberadaannya oleh Allah supaya manusia mempergunakan seluruh waktunya untuk beribadah dan mengingatnya dengan tetap mawas diri setiap saat, selalu berbuat kebaikan dan taat kepada Tuhannya.
Imam Thabari mengatakan: “Tersembunyinya malam Lailatul Qadar sebagai bukti kebohongan orang yang mengatakan bahwa pada malam itu akan datang ke dalam penglihatan kita sesuatu yang tidak akan pernah kita lihat pada malam-malam yang lain sepanjang Tahun, sehingga tidak semua orang yang beribadah sepanjang tahunnya mendapat Lailatul Qadar” Sedangkan Ibnu Munir mengatakan bahwa tidak sepantasnya kita menghukumi setiap orang dengan bohong, karena semua ciri-ciri tersebut bisa dialami oleh sebagian golongan umat, selayaknya karamah yang Allah berikan untuk sebagian hambanya, karena Nabi sendiri tidak pernah membatasi ciri-ciri yang ada, juga tidak pernah menafikan adanya karamah.
Ia meneruskan: Lailatul Qadar tidak selamanya harus diiringi keajaiban atau kejadian-kejadian aneh, karena Allah lebih mulia kedudukannya untuk membuktikan dan memberikan segala sesuatu sesuai dengan kehendaknya. Sehingga ada yang mendapatkan malam Lailatul Qadar hanya dengan beribadah tanpa melihat adanya keanehan, dan ada sebagian lain yang melihat keanehan tanpa di sertai ibadah, maka penyertaan ibadah tanpa disertai keanehan kedudukannya akan lebih utama di sisi Tuhan.
Ada sebagian pendapat yang mengatakan bahwa salah satu ciri datangnya malam Lailatul Qadar adalah melihat segala sesuatu yang ada di bumi ini tertunduk dan sujud ke hadirat-Nya. Sebagian lain mengatakan pada malam itu dunia terang benderang, dimana kita dapat melihat cahaya dimana-mana sampai ke tempat-tempat yang biasanya gelap. Ada juga yang mengatakan orang yang mendapatkan malam Lailatul Qadar dapat mendengar salam dan khutbahnya malaikat, bahkan ada yang mengatakan bahwa salah satu ciri tersebut adalah dikabulkannya do’a orang yang telah diberikannya taufik.
Ada sebuah surat yang khusus membahas tentang Lailatul Qadar ini, Yaitu surat Al Qadr [97].
Surat Al Qadr terdiri atas 5 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyah, diturunkan sesudah surat ‘Abasa. Surat ini dinamai Al Qadr (kemuliaan), diambil dari perkataan Al Qadr yang terdapat pada ayat pertama surat ini.
Pokok-pokok isinya:
Al Quran dimulai diturunkan pada malam Lailatul Qadr, yang nilainya lebih dari seribu bulan; para malaikat dan Jibril turun ke dunia pada malam Lailatul Qadr untuk mengatur segala urusan.
Berikut suratnya:
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
1. Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan *
2. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?
3. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.
4. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.
5. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.
* Malam kemuliaan dikenal dalam bahasa Indonesia dengan malam Lailatul Qadr yaitu suatu malam yang penuh kemuliaan, kebesaran, karena pada malam itu permulaan turunnya Al Quran.
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Nabi saw. bermimpi melihat Bani Umayyah menduduki dan menguasai mimbarnya setelah beliau wafat. Beliau merasa tidak senang karenanya. Maka turunlah S.108:1, dan S.97:1-5) untuk membesarkan hati beliau.
(Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan al-Hakim dan Ibnu Jarir yang bersumber dari al-Hasan bin Ali.)
Keterangan:
Al-Qasim al-Hirani menyatakan bahwa kerajaan Bani Umayyah itu ternyata berlangsung tidak lebih dan tidak kurang dari 1000 bulan. Menurut at-Tirmidzi, riwayat ini Gharib sedang al-Muzani dan Ibnu Katsir menyebutnya sangat munkar.
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Rasulullah saw. pernah menyebut-nyebut seorang Bani Israil yang berjuang fii sabilillah menggunakan senjatanya selama seribu bulan terus menerus. Kaum muslimin mengagumi perjuangan orang tersebut. Maka allah menurunkan S.97:1-3, bahwa satu malam lailatul qadr lebih baik daripada perjuangan Bani Israil selama 1000 bulan.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan al-Wahidi yang bersumber dari Mujahid.)
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa di zaman Bani Israil terdapat seorang laki-laki yang beribadah malam hari hingga pagi dan berjuang memerangi musuh pada siang harinya. Perbuatan itu dilakukan selama seribu bulan. Maka Allah menurunkan S.97:1-3 yang menegaskan bahwa satu malam lailatul qadr lebih baik daripada amal 1000 bulan Bani Isra’il tersebut.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Mujahid.).
Bulan Ramadhan adalah bulan yang sangat mulia, penuh dengan kemuliaan, penuh dengan berkah dan ampunan. saat yang tepat bagi kita untuk berdoa kepada Allah.
  • Ya Allah Engkau adalah Maha pemaaf Lagi Maha Mulia. Engkau mencintai ampunan, maka ampunilah dosa-dosaku.
  • Ya Allah, ampunilah kesalahan, kebodohan dan keterlaluanku dalam segala urusan, dan ampuni pula segala dosa yang Engkau lebih mengetahui daripada aku.
  • Ya Allah, perbaikilah urusan agamaku yang menjadi pegangan bagi setiap urusanku. Perbaikilah duniaku yang di situlah urusan kehidupanku. Perbaikilah akhiratku yang ke sanalah aku akan kembali. Jadikanlah hidupku ini sebagai tambahan kesempatan untuk memperbanyak amal kebajikan, dan jadikanlah kematianku sebagai tempat peristirahatan dari setiap kejahatan.
  • Ya Allah, aku memohon kepada-Mu curahan rahmat dari sisi-Mu, yang dengannya hatiku mendapat petunjuk, terkumpul segala yang bercerai-berai dan terhimpun segala yang terpisah-pisah, tertolak segala fitnah atas diriku dan bertambah baik urusan agamaku, terpelihara segala sesuatu yang jauh dariku dan terangkat apa yang dekat denganku, disucikan segala perbuatanku dan dicerahkan wajahku, diberi ilham menuju petunjuk dan terpelihara diriku dari segala sesuatu yang jelek.
  • Ya Allah, aku telah banyak berbuat zhalim terhadap diriku sendiri, dan tidak ada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau, maka curahkanlah ampunan dan belas kasih kepadaku dari sisi-Mu. Sungguh Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
  • Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, yang tiada Tuhan yang pantas disembah melainkan Engkau.yang telah menciptakan diriku. Aku adalah hamba-Mu, dan aku berada dalam perintah dan perjanjian-Mu, yang dengan segala kemampuanku perintah-Mu aku laksanakan. Aku berlindung kepada-Mu dari segala kejelekan yang aku perbuat terhadap-Mu. Engkau telah mencurahkan nikmat-Mu kepadaku, sementara aku senantiasa berbuat dosa. Maka ampunilah dosa-dosaku. Sebab tidak ada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau.
  • Ya Allah, berilah keselamatan pada badanku. Ya Allah, berilah keselamatan pada pendengaranku. Ya Allah, berilah keselamatan pada penglihatanku. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kekufuran dan kefakiran. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur. Tidak ada Tuhan yang pantas disembah kecuali Engkau.
  • Ya Allah yang memutarbalikan hati. Tetapkanlah hatiku pada jalan agama-Mu
  • Ya Allah, aku memohon kepada-Mu segala kebajikan sebagaimana yang dimohon oleh nabi-Mu Muhamad. Dan aku berlindung kepada-Mu dari segala kejelekan sebagajmana yang nabi-Mu Muhamad mohon perlindungan. Engkaulah Yang Maha Pemberi Pertolongan, dan kepada-Mulah puncak segala pengharapan. Tiada daya upaya untuk meninggalkan ma’siat dan tiada kekuatan untuk melakukan ibadah kecuali atas pertolongan Allah.
  • Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ketegaran dalam menghadapi segala permasalahan. Aku memohon dengan sangat kepada-Mu untuk berkenan memberikan curahan petunjuk, serta aku memohon kepada-Mu dapat mensyukuri nikmat dan rajin melakukan ibadah. Aku mernohon kepada-Mu lisan yang jujur dan hati yang lurus. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang Engkau ketahui, dan aku memohon kepada-Mu kebaikan yang Engkau ketahui, serta aku memohon kepada-Mu curahan ampunan dari segala dosa yang Engkau ketahui. Sebab hanya Engkaulah Yang Maha Mengetahui segala yang ghaib.
Semoga di bulan yang mulia ini dosa kita bisa terampuni, dan kita semua mendapatkan berkah, anugerah, dan kemuliaan dari Allah SWT.
Waalaikum salam Warohmatullah hi Wabarokatuh
*Doa dan artikel diambil dari berbagai sumber.

Comments

9 Responses to “Malam kemuliaan turunnya Al Qur`an”
“..niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat..” (Q.S – Al Mujaadilah : 11)
mari beribadah dengan ilmu, mengikuti Al Quran dan as sunnah. Karena dengan ilmu kita akan meraih kemulian.
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan…”
Postingannya sangat bermanfaat… Tq ya mas Ray :) Ntar lagi Lailatul Qdar…
4-5 th kedepan…mungkin aku postingannya kyk kamu ini ray..hehheheh
wlo lailatul qodar disetiap bulan ramadhan tapi hikmahnya selalu terasa di setiap aktifitas sehari2 kita
Syukur Alhamdulillah, masih ada yang berusaha menulis tentang kalimaT Allah, dan terima kasih pada penulis semoga Allah SWT menambah kesepatan untuk menulis dan menebarkan kebajikan dan mendapat balasan dari Allah SWT yang setimpal Amin
…teruskan rentangkan jalan menuju surga dengan cahaya keislaman,kalo’ bisa tembus pemahaman yang rasional, tampilkan bahwa islam agam yang sangat baik.
semoga kita termasuk kedalam orang-orang yang mendapatkan malam lailatul qadar (malam yg lebih baik dari 1000 bulan)…. Amiiinn
saya pribadi memiliki pengalaman bagaimana energi Quran, membantu saya dalam melewati masa sulit dalam kehidupan ini … dan energi tersebut masih menjadi tununan saya dalam menjalani kehidupan ini.. amin..dan saya sangat senang hati share dengan siapa saja , agar energi quran juga bisa dialami oleh banyak teman yang sedang mencari pencerahan atau solving problem dalam hidup..
amin… semoga Allah Swt memberkahi kita semua..

Sejarah Turunnya Al Quran

Setelah Rasulullah wafat, tampilah Abu Bakar sebagai khalifah untuk memimpin umat. Pelayanan umat muslim terhadap al-Quran pada masa kepimpinan khalifah Abu Bakar mengalami suatu kemajuan yang sangat signifikan. Hal ini tidak lepas dari kondisi umat pada masa itu, riwayat dari Imam Bukhori menerangkan sebagai berikut: “Berkata kepada kami Musa bin Ismail dari Ibrahim bin Sa’ad berkata kepada kami Ibnu Syihab dari Ubaid bin as-Sibaq bahwa Zaid bin Tsabit Ra menyatakan: “Telah datang kepadaku Abu Bakar as-Siddiq setelah peperangan di Yamamah, kebetulan Umar bin Khattab bersamanya, Abu Bakar menyatakan sungguh Umar telah datang kepadaku dan berkata : ‘Peperangan telah menyebabkan kematian beberapa pembaca al-Quran, dan saya sungguh khawatir jika kematian meluas kebeberapa Qurra’ di daerah-daerah hingga menyebabkan hilangnya kebanyakan al-Quran, dan saya berpendapat agar engkau segara memerintahkan kodifikasi atas al-Quran’. Saya mengatakan kepada Umar, “Bagaimana mungkin kita melakukan sesuatu yang belum pernah Rasulullah Saw lakukan?” Umar berkata: “Demi Allah hal ini adalah sangat baik”. Maka Umar tetap memintaku hingga Allah melapangkan dadaku atas hal itu sebagaimana penglihatan Umar. Zaid berkata, “bahwa Abu Bakar menyatakan ‘sesungguhnya engkau orang yang masih muda lagi cerdas, bukannya kami menuduhmu , dan engkau telah menulis wahyu untuk Rasulullah Saw, maka cermatilah al-Quran dan lakukan kodifikasi’. Maka demi Allah, seandainya saja memerintahkanku memindahkan salah satu gunung dari beberappa gunung tidaklah lebih berat dari perintah kodifikasi atas al-Quran”. Saya berkata : “Bagaimana mungkin kalian melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan Rasulullah Saw? Berkata Abu Bakar: ”Demi Allah, inilah yang terbaik”. Abu Bakar memintaku hingga Allah melapangkan dadaku untuk dapat memahami pendapat Abu Bakar dan Umar, maka segera saya lakukan penulusuran dan pengumpulan al-Quran dari rumput dan pelepah pohon serta hafalan para Qurra’ sampai saya temukan akhir dari surat at-Taubah (..telah datang kepadamu…..) hingga akhir surat pada Abu Khuzainah al-Anshori yang tidak terdapat pada lainya. Lembaran-lembaran tersebut terasa ditangan Abu Bakar hingga beliau wafat ,kemudian umar dan kemudian ditangan Hafshaf binti Umar bin Khattab.” [1]

Upaya penyalinan oleh para penulis wahyu dengan dibantu para Qurra’ (penghafal al-Quran) telah menghasilkan tulisan al-Quran dalam bentuk lembaran-lembaran yang dapat meminimalisir perbedaan pendapat dalam tulisan dan bacaan al-Quran bagi umat muslim.

Dengan upaya adanya kodifikasi tersebut diatas tugas para penghafal al-Quran bukannya selesai. Sebab tugas tersebut tidak semata-mata untuk pengajaran al-Quran saja, namun lebih dari itu merupakan suatu ibadah yang membuat para pelakunya memiliki keutamaan disisi Allah.

Kodifikasi ll (Upaya Perwujudan Mushaf Induk)

Pada masa khalifah Abu Bakar dan Umar bin Khattab masalah perbedaan dalam membaca al-Quran belum merupakan hal yang mengkhawtirkan, walaupun begitu mereka telah mengantisipasi dengan melakukan kodifikasi atas al-Quran sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya. Namun setelah dua masa kepemimpinan, masalah tersebut mulai menimbulkan kekhawatiran, sehinagga para sahabat segera mengambil tindakan seperti yang disebutkan dalam riwayat berikut: “Berkata kepada kami Musa, berkata kepada Ibrahim, berkata kepada kami Ibnu Syihab bahwa Anas bin Malik mengatakan kepadanya: ‘Khudzaifah bin al–Yaman datang kepada ustman ,dan sebelumnya ia memerangi warga Syam dalam penaklukan Armenia dan Azarbaijan bersama warga Irak, maka terkejutlah Khudzaifah akan adanya perbedaan mereka dalam hal bacaan al-Quran, maka berkatalah Khudzaifah kepada Ustman: ‘Wahai pemimpin orang-orang yang beriman, beritahulah umat ini sebelum mereka berselisih dalam masalah Kitab sebagaimana umat Yahudi dan Nasroni’. Ustman lantas berkirim surat kepada Hafsah,”Kirimkan kepada kami lembaran-lembaran untuk kami tulis dalam mushaf (bentuk plural dari mushaf, kumpulan lembaran yang diapit dua kulit seperti buku) kemudian kami kembalikan kepadam’, Hafsah segera mengirmkan kepada Ustman ,maka Ustmanpun segera memerintahkan Zaid bin Tsabit ,Abdullah bin Zubair ,Sa’id bin Ash serta Abdurrahman bin Harits bin Hisyam untuk menyalinnya kedalam mushaf-mushaf, dan dia (Ustman) mengatakan kepada otoritas Quraisy tersebut di atas: ‘Jika kalian berselisih dengan Zaid bin Tsabit tentang masalah al-Quran diturunkan, maka tulislah dengan lisan Quraisy, sebab al-Quran diturunkan dalam dialek mereka (suku Quraisy)’, dan merekapun melakukan hal ini, dan ketika mereka selesai menyalin lembaran-lembaran tersebut kedalam beberapa mushaf, Ustman segera mengembalikan lembaran-lembaran tersebut kepasa Hafsah, lalu mengirim mushaf yang telah mereka salin kesatu tempat, dan memerintahkan agar selain mushaf tersebut entah berupa lembaran (sahifah) atau sudah berupa mushaf untuk dibakar.” [2]

Pada masa itu tulisan (kaligrafi) Arab masih belum berharakat dan bertitik seperti yang kita jumpai pada saat ini, perbedaan harakat, dan panjang pendek bacaan akan menunjukan makna yang berbeda, hal ini tidak mustahil menimbulkan kesulitan tersendiri bagi masyarakat muslim non Arab. Cara baca dan pemaknaan yang salah sangat mungkin dilakukan oleh mereka.

Berdasarkan laporan dari Huzdaifah bin al-Yaman yang baru datang dari Armenia dan Azarbaijan (kedua wilayah tersebut bukan wilayah yang berbahasa Arab), Ustman sebagai kholifah dibantu para sahabat segera mengambil tindakan. Demi mengatasi hal itu maka al-Quran yang pernah ditulis pada masa Abu Bakar (masih dalam bentuk lembaran ) disalin lagi dalam bentuk mushaf (diapit dua kulit seperti buku), untuk dibagikan ke daerah –daerah sebagai al-Quran standar, sedangkan yang lain dimusnahkan. Keputusan yang diambil oleh para sahabat, khususnya ustman sebagai pemimpin umat pada waktu itu sangatlah tepat, sebab tugas seorang khalifah tidak hanya masalah ekonomi, politik dan sosial, tapi juga menyangkut keagamaan, seperti penjagaan keaslian al-Quran baik bacaan maupun tulisannya. Jika merebak suatu bacaan yang salah dan beraneka ragam, maka tugas pemimpin umat Islamlah untuk membetulkan, sehingga umat ini selamat dari apa yang pernah dilakuakan oleh umat sebelumnya.

Tapi yang perlu diingat bahwa standarisasi tidak menafikan adanya tujuh macam bacaan yang memang sudah ditetapkan oleh Rasulullah. Dengan adanya mushaf imam (induk) kemudian kita kenal dengan Mushaf Ustmani, secara tidak langsung khalifah Ustman tekah meletakkan dasar-dasar untuk tumbuh kembangnya ilmu al-Quran yang diawali dengan pembahasan masalah rasm (bentuk tulisan) Ustmani atau ilmu rasm al-Quran.

Jika diruntut dari awal, wahyu ditulis oleh tim yang ditunjuk oleh Rasulullah pada saat bersamaan dihafalkan oleh para qurra’, kemudian pada masa khalifah Abu Bakar apa yang ditulis oleh tim dalam bentuk mushaf (sajifah) lembaran-lembaran tersebut disalin kembali menjadi bentuk mushaf (berbentuk seperti buku) dan menjadi standar satu-satunya. Lalu mushaf standar inilah yang sampai kepada kita hari ini. Menurut Ibnu Mandzur (630-711 H) dalam kamusnya yang terkemal, Lisan al-Arab, kata ‘sahifah’ artinya lembaran yang ada tulisanya, sedangkan mushaf atau misahaf bermakna himpunan dari lembaran yang ada tulisannya dengan dibatasi dua kulit. [3] Makna yang sama disampaikan penulis kamus lain yang lebih dahulu yaitu al-Azhari [4] juga al-Jauhari (393 H.) dalam as-Shihahnya.

Setelah meninggalnya khalifah Ustman, sahabat Ali bin Abi Thalib yang memegang tampuk kepemimpinan, dan seperti pendahulunya pelayanan terhadap al-Quran tidak pernah absen. Dengan berkembangnya daerah kekuasan Islam, mereka yang tidak menguasai bahasa Arab sering kali melakukan kesalahan dalam membaca al-Quran. Melihat yang sedemikian itulah khalifah memerintahkan Abu al-Aswad as-Suali untuk menulis beberapa kaidah bahasa Arab agar masyarakat bisa membaca al-Quran dengan benar. Upaya tersebut menjadi dasar peletakan ilmu nahwu (gramatika arab) dan ilmu i’rab al-Quran. [5]

Al-Quran Pasca Khulafa ar Rasyidin

Setelah berakhir masa kepemimpinan Khulafa ar-Rasyidin kemudian pemerintah bani Umayah dengan Mua’wiyah sebagai pemimpin pertama dari dinasti ini. Dan seperti pendahulunya Mu’awiyah telah memberikan sentuhan yang sangat berarti dengan menggalakkan pemberian tanda baca pada mushaf . Ini dilakukan ketika salah satu Gubenurnya di Basrah yaitu Ziyad bin Samiyah menyaksikan kekeliruan sebagian orang dalam membaca surat at-Taubah ayat 3, yang dapat melahirkan makna yang salah.

Pada masa mainstream pengajaran al-Quran oleh para sahabat dan tabi’in masih menggunakan metode at-Talaqqi wal ‘ardli dan Talqin (pengajaran dengan cara instruksi dan dikte ) karena tradisi tulisan belum membudaya. Selain empat khalifah, sahabat-sahabat lain juga mempelopori pengajaran al-Quran dengan metode diatas adalah: Ibnu ‘Abbas, Ibnu Mas’ud, Zaid Tsabit, Abu Musa al-‘Asyari serta Abdullah bin Zubair. Sedangkan yang dari tabi’in mereka adalah Mujahid, Atho’ Ikrimah, Qotadah, Hasan al-Bashri, Sa’ad bin Zubair dan Zaid bin Aslam. Merekalah yang telah dianggap meletakan dasar-dasar ilmu al-Quran seperti ilmu Tafsir, Asbah an-Nuzul, ilmu Nasikh Mansukh, ilmu Gharib al-Quran dan lain sebagainya.

Pada masa-masa selanjutnya ketika perkembangan keilmuan dalam Islam mulai berkembang, pelayanan dan interaksi dengan al-Quran oleh para sarjana muslim telah menghasilkan berbagai ilmu, baik yang ditunjukkan untuk penjagaan al-Quran seperti tajwid (untuk membaca kesalahan dalam bacaan ), Ilmu Qiroat (membahas variasi bacaan seperti yang telah ditetapkan oleh Rasullulah Saw), Ilmu Rasm (membahas tata cara pemberian tanda baca), Ulum al-Quran (yang mencakup seluruh kajian tentang al-Quran seperti sebab-sebab turunnya wahyu dll); ataupun yang merupakan hasil dari interaksi mereka dengan al- Qur’an seperti Ilmu Tafsir, Ilmu Balaghoh (retorika ), Fan al-Qashas al-Quraniyah (seni pengkisahan dalam al-Quran) termasuk juga nahwu (gramatika arab yang merujuk pada al-Quran) atau yang bersifat seni seperti seni baca al-Quran dengan dilantunkan, serta kaligrafi.

Walaupun kegiatan penghafalan al-Quran tatap berlaku sebagaimana semestinya, bahkan menjadi pelajaran dasar wajib bagi pelajar khususnya abad-abad pertengahan sampai sekarang, terutama di pesantren. Tidaklah keterlaluan jika Syaikhhul Islam Ibnu Taimiyah menyatakan : “Umat kita tidaklah sama dengan ahli kitab, yang tidak menghafalkan kitab suci mereka. Bahkan jikalau seluruh mushaf ditiadakan maka al-Quran tetap tersimpan dalam hati umat muslim.” [6]

Pada masa sekarang, pengawasan ada di bawah lajnah pentashih al-Quran, dibawah pengawasan departemen RI. Di Negara Islampun terdapat badan yang serupa, khususnya dalam masalah al-Quran. Kini umat muslim bisa mendengarkan dari manapun di penjuru dunia tanpa merasa asing akan bacaan mereka dengan media bermacam-macam. Dalam upaya mampelajari ayat-ayat al-Quranpun sudah banyak kemudian yang mereka dapatkan baik berupa tafsir maupun terjemahan serta sederet ilmu-limu yang lainya.

Sampai disini dulu, semoga nanti ada waktu dan kesempatan untuk mengulas sejarah al-Quran lebih dalam lagi. Wasalam.

Footnote:
1. Bukhori muslim
2. Open Hani jilid ll: 302, dalam Zainal Arifin Abbas, peri hidup Muhammad Saw, firma rahmat medan th 1952 ll A 482-493
3. Ibid hal 520
4. Majalah Modus, Edisi 2 hal 26
5. Ibnu Hisyam, as-Sirah an Nabawiyah, Dar al- Manar Kairo 1999 jilid 1 hal 378
6. Imam Ahmad.

Kerajinan Batik

Sejarah pembatikan di Indonesia berkait erat dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di tanah Jawa. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerajaan Solo dan Yogyakarta.
Jadi kesenian batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerjaan Majapahit dan terus berkembang kepada kerajaan dan raja-raja berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa adalah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah perang dunia kesatu habis atau sekitar tahun 1920. Banyak daerah-daerah pusat perbatikan di Jawa adalah daerah-daerah santri dan kemudian Batik menjadi alat perjaungan ekonomi oleh tokoh-tokoh pedangan Muslim melawan perekonomian Belanda.
Kesenian batik adalah kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluaga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing.
Lama-lama kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga kraton, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria. Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri. Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai tediri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari: pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda.

Kesenian Daerah PALEMBANG

KESENIAN DAERAH

Seni Tari dapat menunjukan ciri khas suatu daerah demikian juga
Kota Palembangmemiliki berbagai tarian baik trandisional maupun modern yang
merupakan hasil kreasi dari seniman local


TARI GENDING SRIWIJAYA


Tari ini ditampilkan secara khusus untuk menyambut tamu-tamu
agung seperti kepala Negara, Duta Besar dan Tamu-tamu agung lainnya. Tari
Gending Sriwijaya Hampir sama dengan tari Tanggai, perbedaannya terletak pada
penggunaan tari jumlah penari dan perlengkapan busana yang dipakai. Penari
Gending Sriwijaya seluruhnya berjumlah 13 orang terdiri dari :


Satu orang penari utama pembawa tepak (tepak, kapur, sirih).


Dua orang penari pembawa peridon (perlengkapan tepak)


Enam orang penari pendamping (tiga dikanan dan tiga kiri)


Satu orang pembawa payung kebesaran (dibawa oleh pria)


Satu orang penyanyi Gending Sriwijaya


Dua orang pembawa tombak (pria)


TARI TANGGAI


Tari tanggai dibawakan pada saat menyambut tamu-tamu resmi atau
dalam acara pernikahan. Umumnya tari ini dibawakan oleh lima orang dengan
memakai pakaian khas daerah seperti kaian songket, dodot, pending, kalung,
sanggul malang, kembang urat atau rampai, tajuk cempako, kembang goyang dan
tanggai yang berbentuk kuku terbuat dari lempengan tembaga Tari ini merupakan
perpaduan antara gerak yang gemulai busana khas daerah para penari kelihatan
anggun dengan busana khas daerah. Tarian menggambarkan masyarakat palembang yang
ramah dan menghormati, menghargai serta menyayangi tamau yang berkunjung ke
daerahnya






TARI TENUN SONGKET


Tari ini menggambarkan kegiatan remaja putri khususnya dan
para ibu rumah tangga di Palembang pada umumya memanfaatkan waktu luang dengan
menenun songket






TARI RODAT CEMPAKO


Tari ini merupakan tari rakyat bernafaskan islam. Gerak dasar
tari ini diambil dari Negara asalnya Timur Tengah, seperti halnya dengan tari
Dana Japin dan Tari Rodat Cempako sangat dinamis dan lincah






TARI MEJENG BESUKO


Tari ini melukiskan kesukariaan para remaja dalam suatu
pertemuan mereka .Mereka bersenda gurau mengajuk hati lawan jenisnya. Bahkan
tidak jarang diantara mereka ada yang jatuh hati dan menemukan jodohnya melalui
pertemuan seperti ini






TARI MADIK (NINDAI)


Masyarakat Palembang mempunyai kebiasaan apabila akan memilih
calon, orang tua pria terlebih dahulu dating kerumah seorang wanita dengan
maksud melihat dan menilai (madik dan nindai) gadis yang dimaksud. Hal yang
dinilai atau ditindai itu, antara lain kepribadiannya serta kehidupan
keluarganya sehari-hari. Dengan penindaian itu diharapkan bahwa apabila si gadis
dijadikan menantu dia tidak akan mengecewakan dan kehidupan mereka akan berjalan
langgeng sesuai dengan harapan pihak keluarga mempelai pria






DUL MULUK


Dul muluk adalah salah satu kesenian tradisional yang ada di
Sumatera Selatan biasanya seni Dul Muluk ini dipentaskan pada acara yang
bersifat menghibur, seperti pada acara : pernikahan pergelaran tradisional dan
panggung hiburan






BANGSAWAN


Merupakan bentuk teater tradisional yang lahir sesudah kehadiran
teater Dul Muluk da n mempunyai cirri-ciri sebagai berikut : ;


1. ;Sumber cerita bebas namun bersifat istana sentries


2. ;Sifat cerita tragedy (sedih)


3. ;Pemeran cerita diperankan oleh jenis kelamin sesungguhnya


4. ;Setting cerita disesuaikan dengan kebutuhan cerita






WAYANG PALEMBANG


Wayang Palembang merupakan warisan dari kesenian Jawa yang
ceritanya sama dengan wayang yang ada di Pulau Jawa, namun bahasa yang digunakan
adalah bahasa Palembang Wayang Palembang aktif dimainkan di RRI stasiun
Palembang

Tari Grebeg Wiratama

Tari Grebeg merupakan tarian Peperangan. Dalam tarian ini menggambarkan semangat dan keperwiraan prajurit yang berangkat perang, disamping itu sifat manusia yang terkadang humoris tergambar pula dalam tarian ini.

* Tari Baskalan

Tari Baskalan merupakan tarian ucapan Selamat Datang. Tarian ini sering dipakai dalam upacara penyambitan tamu yang datang berkunjung ke kota Malang. Nama tarian ini berasal dari kata "Baskalan" yang artinya pertama atau dasar dari segala bentuk penghargaan terhadap tamu.

Tari Bedayan

Tarian Bedayan merupakan tarian yang dilakukan oleh masyarakat kota Malang untuk menerima dan melayani tamu. Melalui tarian ini, dapat digambarkan sifat dan sikap keterbukaan dari masyarakat kota Malang yang penuh kesederhanaan dan lugas dalam menghormati dan menghargai tamu.

Rabu, 24 Mac 2010

ko[